Manjaniq.com--Politisi dari Partai Gerindra Sodik Mudjahid memberikan sejumlah catatan
mengenai Aksi 2 Desember 2016 (212) dan Aksi 4 Desember 2016 (412).
Sodik yang juga menjabat Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI itu mengatakan
bahwa setidaknya ada 10 perbedaan dalam pelaksanaan kedua aksi tersebut.
Adapun kesepuluh perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Aksi 212 atas kesadaran masyarakat, sehingga mereka berangkat dengan
biaya sendiri.
2. Aksi 212 bukan demo politik, tapi murni demo tuntutan hukum atas
pelecehan agama.
3. Aksi 212 didukung masyarakat, buktinya banyak yang nyumbang infaq dan
sodakoh sukarela untuk peserta aksi.
4. Aksi 212 berjalan sangat tertib dan bersih, tidak ada sampah dan tidak
ada taman yang terinjak.
5. Aksi 212 tidak ada pelanggaran mobilisasi peserta yang terlarang
Undang-Undang sepert mobilisasi birokrasi yang harusnya netral, tidak terlibat
aksi politik.
6. Aksi 212 tidak melanggar Pergub (Peraturan Gubernur) soal CFD (Car Free
Day) yang tidak boleh digunakan untuk aksi nuansa politik.
7. Aksi 212 banyak dipersulit pemerintah terutama polri (larangan kepada
perusahaan angkutan, hadangan di jalan, dan lain-lain). Sedangkan Aksi 412
difasilitasi.
8. Aksi 212, peserta membiayai sendiri dan peserta sedekah untuk panitia.
Aksi 412, panitia membayar kepada peserta.
9. Aksi 212, berlangsung damai antara peserta, menangis terharu, dan saling
berpelukan. Aksi 412 berakhir dengan saling menyalahkan, bahkan ada adu jotos
antar pemimpin Aksi 412.
10. Aksi 212 dipimpin oleh tokoh-tokoh yang jarang bicara konstitusi,
nasionalisme, idealisme, bela NKRI dan lain-lain. Tapi Aksinya sangat
konstitusional dan sangat pro NKRI.
Aksi 412 dipimpin oleh pemimpin yang banyak bicara soal konstitusi, NKRI
dan lain-lain. Tapi prakteknya banyak melanggar konstitusi dan memecah belah
rakyat dan mengancam NKRI. (icl)
Sumber : teropongsenayan.com
Tidak ada komentar