Manjaniq.com--Selain
dari aspek hukum, kasus penistaan agama yang menjerat Gubernur DKI non-aktif,
Basuki Tjahja Purnama (Ahok), perlu dilihat komprehensif. Mantan Ketua PP
Muhammadiyah, M. Din Syamsudin, mengatakan tidak cukup dengan analisa “kaca
mata kuda”. Apalagi bila berhenti dipenjelasan semantik saja.
“Melihat
kasus Ahok perlu secara komprehensif, tidak cukup dengan analisa kaca mata kuda
tentang ujarannya di Pulau Seribu apalagi berhenti pada alasan semantik belaka.
Hal itu pun tidak perlu dipersalahkan, karena jelas dia memberi penilaian
(judgement) terhadap pemahaman orang lain dengan kata pejoratif,” katanya dalam
percakapan di media sosial.
Din
menyebut ada pula “kekuatan uang” yang menjadi ancaman nyata. Proses ini tidak
terlepas dari perkembangan geo-politik dan geo-ekonomi global dan regional.
Bagi Din, Indonesia tidak memiliki “mekanisme pertahanan diri”.
“Namun
permasalahan yang ada lebih besar dari kejadian di pulau kecil itu.
Permasalahan, bahkan ancaman nyata, adalah fakta adanya “kekuatan uang” (the
power of money) yang tengah menguasai Indonesia,” ungkapnya.
Kata
Din cengkeramannya bagaikan naga raksasa yang sedang melilit NKRI yang kaya
raya, dan satu persatu kekuatan penghalangnya dilumpuhkan bahkan dimatikan
dengan uang. Proses ini tidak terlepas dari perkembangan geo-politik dan
geo-ekonomi global dan regional.
Sayangnya,
ungkap Din, Indonesia tidak memiliki “mekanisme pertahanan diri” (self defense
mechanism), karena infrastruktur nasional rapuh, sejak dari pemerintah, partai
politik, ormas, sampai kepada pers, yang banyak terdiri dari orang-orang lemah
baik iman, akal pikiran, dan komitmen kerakyatan.
“Hal
ini akan membawa Indonesia mengalami malapetaka dan terjatuh nestapa,” katanya.
Menurut
Din kasus Ahok tidak kecil. Terlalu mahal harganya untuk dibiarkan tumbuh,
karena akan menjadi kanker yang merusak integrasi dan harmoni bangsa. Ujaran
Pulau Seribu adalah bentuk intolerasi dan rendahnya kadar tenggang rasa. Akar
tunjang permasalahan harus diamputasi.
“Dan
solusi terbaik adalah penegakan hukum yang berkeadilan.Sekali lagi yang
berkeadilan. Kalau tidak, maka yakinilah Allah SWT Maha Adil. Dia akan
menetapkan keadilanNya, kini-disini atau nanti-disana,” pungkasnya.
(azmuttaqin/arrahmah.com)
Tidak ada komentar