Manjaniq.com--DUA
BELAS TAHUN..
Sejak
terjadinya kerusuhan konflik yang telah membuat banyak orang-orang warga
masyarakat terkorban, menderita, kejar-kejaran dengan maut.
DUA
BELAS TAHUN…
Telah
berlangsung lama, ucapan janji dari pemerintah akan berproses menyelesaikan konflik
di Patani, tapi pada kenyataan yang sekarang ini ? Malah api konflik semakin
bertambah menjalar kemana-mana di seluruh daerah, Patani Thailand selatan.
DUA
BELAS TAHUN…
Orang-orang
dan suasana kehidupan masyarakat Patani tetap tidak berubah, jiwa dan badan
penuh dengan luka-luka, hingga orang-orang masyarakat awan timbul
mempertanyakan,
Sampai
bilakah konflik akan berkunjung usai?
Sampai
bilakah orang Patani mengalami hidup yang menderita?
Justru
apa hasil di sebalik ucapan janji-janji pemerintah dalam proses menyelesaikan
konflik di Patani???
KIBLAT.NET
– Kisah peperangan dan perlawanan yang jelas dalam sejarahnya membuktikan
kebencian orang-orang masyarakat Patani terhadap kolonial Thailand. Jelas lagi,
sejak Thailand menangkap dan menghapuskan kesultanan terakhir Raja Patani
1902M, Tengku Abdul Kadir Kamruddin.
Saat
ini, keadaan keras dan kacau senantiasa berlaku di negeri ini. Sudah pun
pemerintah Thailand telah beberapa kali berulang-ulang berjanji akan memberikan
keadilan kepada orang-orang masyarakat Patani, tetapi apakah itu semua sudah
boleh membuktikan hingga sekarang ini, Patani sudah damai?
Masing-masing
orang mendefiniskan kata “damai” itu berbeda-beda. Damai menurut anak kecil dan
remaja belum tentu sama dengan damai menurut orang dewasa (orang tua dan
bijaksana). Damai menurut negara yang satu, belum tentu damai menurut negara
yang lain. Damai dalam istilah perang, tidak sama dengan “damai” ketika
terbuktinya pelanggaran Hak Asasi Manusia HAM.
Saat
ini, bukan lagi masa kedaulatan pemerintah Raja Patani disebutkan ke dalam
sejarahnya, bahwa penduduk Patani dahulu rakyatnya mendapat makmur, keadilan
dan aman sentosa. Namun setelah Raja Patani jatuh keadaan penduduk orang Patani
bertukar berubah. Apa yang dialami orang Patani?
Keadaan
mereka orang-orang Patani berada dalam suasana yang mencekam, ancaman kerusuhan
berdampak bagi para generasi bertambah semakin rusak dan tak kenal lagi asal
usul mereka sendiri, jati diri bangsa. Hal tersebut memangnya juga telah
menajdi arus ke asimilasi oleh pemerintah selama ini untuk memusnahkan kaum dan
orang Melayu Muslim Patani di negeri ini. Membuat mereka harus menerima nasib
yang begitu menderita dan kegelisahan yang tak kunjung usai, kelanjutan hidup
yang damai masih mereka cari-cari selama ini.
Kedamaian
bagi orang Patani selama ini tak tampak bermuncul, “mereka cinta damai tetapi
lebih lagi cinta kebebasan”, karena kebebasan itu mereka akan menuju kehidupan
damai yang berarti. Artinya, perdamaian Patani setelah mereka mendapat
kebebasan. Hal itu membuktikan proses damai gagal yang telah berlangsung
pertemuan antara pemerintah dengan pejuang Patani di Kuala Lumpur lalu, dan
telah diadakan beberapa kali hingga saat ini, perundingan damai itu. Tetapi
tidak membuah hasil apa pun namun karena proses damai itu pemerintah sendiri
tidak berpaling untuk bertanya kepada orang Patani, sebenarnya mereka maunya
apa?
Dan
tentu itu sudah ada jawabannya di atas bahwa mereka ingin kebebasan. Selain
itu, berhubungan dengan kondisi yang sekarang ini. Penguasa negara ini, militer
mengambil alih kekuasaan secara total, semuanya tampaknya halus (dalam hal
keberatan) karena tidak ada pihak yang berani untuk mengganggu pemerintah sipil
yang pernah dihadapi. Dan itu adalah bukti sekali lagi dari pemerintah penguasa
junta militer Thailand, PM. Phrayut Chan-Ocha, yang akan menjadi beberapa
mungkinkah dalam mengelola arah menuju perdamaian Patani? Untuk berusaha maju
lancar tanpa hambatan yang diganggu selama tengah lautan konflik antara hari
masih melayang kehidupan masyarakat penuh tentara, polisi dan pejabat rendah,
hampir setiap hari kejadian dengan orang Patani.
Bertambah
itu, PM. Phrayut Chan-Ocha mengirim lagi pasukan untuk menjaga keamanan yang
khusus bertempat di daerah wilayah selatan.
Selama
ini keadilan di Patani, pernahkah pemerintah Thailand bertanya kepada orang
Patani, apakah mereka sudah menikmati hak-hak dasarnya untuk dapat hidup layak
sesuai dengan martabatnya?
Dua
jutaan lebih penduduk yang berada di seluruh tanah air Patani, mereka maupun
orang-orang Siam, orang Thailand hidup dalam kecemasan karena mereka terabaikan
dari negara hukum dan penegakan hukum yang terancam.
Apalagi
dalam hal ini, pemerintah tidak memberikan ruang bagi orang Patani untuk
bersuara, tentu pada dasarnya prinsip hukum itu dibuat untuk mencapai tujuan
keadilan, tujuan hukum yang paling hakiki adalah keadilan. Tetapi hal tersebut
mereka tak mendapatkannya.
Konflik
yang telah berlangsung panjang ini, berdampak bagi kehidupan masyarakat
menimbul terasa segan dan takut-takutan. Konflik terjadi antara rakyat Patani
dan pemerintah negara Thailand, dengan karena ketidak-adilan dan penegakan
hukum yang tak membagi ketahui kepada orang Patani, membuat orang-orang yang
tidak bersalah, golongan penduduk masyarakat orang awam maupun kalangan
mahasiswa sendiri menjadi sasaran tahanan utama oleh militer, tuturnya untuk
menjaga keamanan kepada rakyat tetapi realita konflik terjadi karena dari akar
penyebab sebab memerintah terhadap rakyat melampaui batas hukum.
Namun
itu, sesungguhnya suasana di Patani yang sebenarnya segar cahaya mata dilihat.
Tetapi mungkin sedikit tidak biasa bagi penduduk di Patani, ketika melihat
tentara atau polisi yang sering meronda patroli termasuk pos-pos pemeriksaan di
sepanjang jalan, itu biasa dilihat 24 jam. Dengan itu, membuat mereka hidup
dalam kecemasan dan merasa tidak aman takut-takutan untuk pencarian hidup di
setiap hari mereka.
Para
tentara dan polisi yang memiliki tempat pertahanan dan perlindunan penuh dengan
pos pemeriksaan dan markas militer di sepanjang jalan, sekatan yang
berbeda-beda. Mereka tidak kenal masalah adanya sampai kehilangan (ditangkap)
yang akhirnya tidak tahu penyebab. berbeda di tempat daerah lain (selain
Patani) yang kita kenal provinsi-provinsi lain di negara Thailand. Itulah yang
menjadi penyebabnya kegelisahan orang Patani tak kunjung usai hingga sekarang.
Penulis:
Abu Muhammad Fatoni, aktivis Patani tinggal di Indonesia.[k]
Tidak ada komentar