Manjaniq.com--Bukan
cuma mengajak manusia melakukan kedurhakaan, setan juga akan menghalangi
manusia supaya tidak melaksanakan ketaatan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wassalam, menyebutkan, ada tiga ketaatan utama yang bakal dihalangi jalannya
oleh setan; iman, hijrah dan jihad.
Dari
Sabrah bin Abi Fakih berkata, Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wassalam bersabda, “Sesungguhnya setan akan menghalangi seorang anak Adam dari
berbagai jalan yang dilaluinya. la akan menghalangi manusia di jalan Islam
dengan mengatakan, “Apakah kau akan masuk Islam dan meninggalkan dienmu juga
dien orangtua dan moyangmu?” si anak Adam berpaling dan tetap masuk Islam. Lalu
setan akan menghalanginya di jalan hijrah dan berkata, ” Apakah kau akan
meninggalkan bumi dan langitmu? Padahal orang yang hijrah tak ubahnya kuda yang
dikekang.” Si anak Adam bergeming dan tetap berhijrah. Setan pun menghalanginya
di jalan jihad dan berkata, “Apakah kau akan berjihad, padahal jihad itu
menyusahkan dirimu dan menghabiskan hartamu. Kau berperang lalu kau akan
terbunuh sedang isterimu akan dinikahi orang lalu hartamu dibagi-bagi.” Si anak
Adam berpaling dari setan dan tetap berjihad. Lalu Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa yang melakukan seperti itu, pastilah Allah akan memasukkannya ke
dalam jannah. Dan barangsiapa yang terbunuh, pastilah Allah akan memasukkannya
ke dalam Jannah, jika dia tenggelam, pastilah Allah akan memasukkannya ke dalam
Jannah, atau ia terjatuh dari kendaraanya, pastilah Allah akan memasukkannya ke
dalam Jannah.” (HR. an Nasa’l dan Ibnu Hibban, shahih).
Tiga
hal ini merupakan amal utama yang juga disebutkan dalam beberapa ayat. Salah
satunya;
“Orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda
dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah
orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. At Taubah: 20)
Disebutkan
pula dalam surat al Baqarah; 218 dan tiga ayat secara berurutan dalam surat al
Anfal; 72, 74 dan 75.
Bagi
setan, akan sangat merugikan jika manusia dibiarkan meraih derajat yang tinggi
di sisi Allah dan meraih kemenangan (al fauz) karena berarti setanlah yang
kalah dan buntung. Oleh karenanya, setan akan nyanggong di pintu tiga amal ini
untuk menghalangi manusia agar menjauh darinya. Ini membuat ketiga amal ini
semakin tinggi tingkat kesulitannya. Bahkan tanpa digoda setanpun, pada tataran
praktiknya, tiga hal ini memang sudah berat, apalagi ditambah godaan dari
setan.
Merintangi
Jalan Iman
Yang
pertama, beriman. Bagi kita yang sudah menjadi muslim sejak kecil, barangkali
tidak merasakan beratnya ujian ini. Tapi bagi mereka yang baru diberi hidayah
setelah sekian lama berada dalam kekufuran, menjadi seorang mukmin adalah
sebuah revolusi besar dalam perjalanan hidupnya. Kebimbangan, perang pikiran
dan berbagai kekhawatiran yang dibisikkan setan akan semakin memberatkan
langkah.
Memang,
argumentasi setan yang disebutkan dalam hadits terlihat sangat sederhana,
tapi aplikasinya akan lebih variatif
mengacu pada titik lemah yang memungkinkan si manusia mengurungkan niatnya
mengucapkan syahadat. Dan yang tetap mengikrarkan syahadat, ia telah selamat
dari setan dan mendapatkan kunci Jannah. Selanjutnya tinggal membuktikan
imannya dengan taat pada syariat-Nya.
Merintangi
Jalan Hijrah
Yang
kedua hijrah. Meskipun hijrah juga memiliki makna hijrah maknawi yaitu
berpindah dari keburukan menuju kebaikan, tapi dalam konteks ini, yang dimaksud
adalah hijrah secara hissi. Yaitu berpindah dari negeri yang tidak kondusif
untuk keimanannya menuju negeri yang lebih mendukung untuk pengalaman Islam
secara sempurna. Imam ath Tahabari menjelaskan, “Maksud dari ‘orang-orang yang
berhijrah’ adalah orang-orang mukmin yang pergi dari negerinya karena enggan
tinggal bersama orang-orang musyrik dan bertetangga dengan mereka menuju negeri
lain.” (Tafsir ath Thabari IV/317)
Hijrah
bukanlah amal ringan. Pada hadits di atas, setan mengibaratkan orang yang
hijrah seperti kuda yang dikekang. Artinya, di negeri yang bukan tempat
tinggalnya, seseorang akan banyak terkekang dan tidak bisa bebas bergerak
sebagaimana di negerinya sendiri (Syarh Sunan an Nasa’i Juz IV/408). Ada banyak
keterbatasan mulai dari bahasa, kultur, iklim juga keterbatasan hubungan yang
bakal ditemui di negeri orang. Banyak hal yang barangkali harus dimulai dari
nol. Dan ini bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Sifat manusia tidak suka
berpindah dari kernapanan menuju ketidakpastian. Maka layaklah kiranya jika
orang-orang yang berhijrah mendapat kemuliaan di sisi Allah hingga setanpun
berusaha keras untuk menghalanginya.
Merintangi
Jalan Jihad
Yang
terakhir jihad. Ini yang terberat hingga Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wassalam, menyebutnya sebagai dzirwatu sanamil Islam, titik puncaknya Islam.
Yang dimaksud adalah berperang melawan musuh-musuh Islam untuk menegakkan Islam
dalam arti konfrontasi nyata. Bukan jihad dalam arti bersungguh-sungguh dalam
beramal kebaikan atau bekerja. Makna yang sering jadi bahan distorsi untuk
makna jihad ini tidak akan cocok dengan pemaparan Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wassalam, dalam lanjutan hadits di atas berupa “barangsiapa yang terbunuh” dan
“jatuh dari kendaraan”.
Saking
penting dan tingginya nilai jihad, dalam banyak nash disebutkan Allah
menjanjikan berbagai macam pahala dan balasan mulia bagi mujahid. Sebaliknya,
setan juga habis-habisan menghalangi orang-orang mukmin dari jihad. Dikerahkan
seluruh bala tentara dan semua potensi yang dimiliki; pemimpin-pemimpin kafir
di seluruh dunia dengan kampanye antijihadnya, munafikin yang merusak semangat
juang umat, dan kalangan awam yang persepsi dan sikapnya mudah disetir.
Menyatunya
kekuatan ini; kekuasaan dan propaganda, menjadi kekuatan yang mengerikan.
Sampai-sampai sebagian umat Islam sendiri ada yang turut bersuka cita kala
mendengar pemimpin gerakan jihad melawan kaum kafir tewas dibantai diktator
kafir, hanya gara-gara sedikit perbedaan dalam hal metode dakwah dan cara
memperjuangkan Islam. Barangkali setan pun ikut tersenyum melihat ironisme ini.
Tentunya
jihad yang dimaksud bukanlah gerakan membabi buta yang karenanya lebih sering
menjadi permainan intelejen kafir dan menjadi alat memojokkan umat Islam
daripada merugikan pihak musuh. Jihad adalah gerakan terencana dan berorientasi
pada tegaknya Islam, bukan hanya yang penting mati syahid. Inilah jihad yang
akan membuat orang-orang kafir geram, munafikin kelimpungan dan memisahkan umat
antara yang berwala’ kepada Allah dan Rasul-Nya dengan yang condong kepada
setan dan kekafiran.
Tiga
hal ini, utamanya jihad, adalah amalan besar. Bagi kita yang belum diberi
kesempatan oleh Allah untuk melaksanakannya, paling tidak kita memiliki
pemahaman yang benar tentangnya. Bukan malah membenci para mujahidin dan hanyut
oleh propaganda sesat kaum kafir. Semoga Allah senantiasa menuntun jalan
pikiran dan amal kita di atas jalan yang benar. Amin. Wallahua’lam
Penulis:
Taufik Anwar
Sumber:
majalah ar-risalah edisi 129
Tidak ada komentar