Manjaniq.com--Pengamat
Terorisme, Harits Abu Ulya menyatakan, statemen Kapolri soal bahaya anggota
ISIS yang kembali ke Indonesia adalah asumsi yang berlebihan dan meragukan
tentang kebenarannya.
Berdasar
kajian empirik, kata Harits, menunjukkan realitas yang justru kebalikannya,
bahwa anggota ISIS tidak mudah mau kembali ke negeri asalnya.
Hal
itu, jelasnya, karena doktrin tentang hijrah membuat seorang pengikut ISIS
tidak memiliki orentasi untuk kembali.
“Artinya,
jika mereka sampai di wilayah tujuan hijrah semisal Suriah (wilayah ISIS) maka
kemuliaan bagi mereka adalah hidup dan matinya di negeri hijrah. Mereka akan
mengabdi sepenuhnya kepada Daulah ISIS,” ujar Harits dalam keterangannya kepada
hidayatullah.com, Selasa (18/10/2016).
Selain
itu, lanjutnya, masih banyak pengikut ISIS di Indonesia yang tetap memegang
keyakinan atas kewajiban hijrah (pindah) ke Daulah ISIS. Dan mereka terus
berusaha untuk merealisasikan keyakinan tersebut.
“Bagi
mereka hijrah adalah manifestasi komitmen kepada Daulah ISIS dan keyakinan,”
paparnya.
Harits
mengungkapkan, bahwa banyak pengikut ISIS dari Indonesia yang kembali ke
Indonesia biasanya karena beberapa sebab, antara lain mereka ditangkap disaat
perjalanan menuju ke Suriah. Ada yang ditangkap di Malaysia, Singapura,
Pakistan, Hongkong dan yang paling banyak mereka ditangkap di Turki.
Bahkan
sering juga ketika mereka di savehouse untuk menunggu giliran menyebrang ke
wilayah ISIS, mereka di tangkap oleh otoritas Turki.
Bahkan
ada juga yang ditangkap di dalam negeri sebelum take off. Sehingga, menurutnya,
99 persen yang balik ke Indonesia diyakini adalah mereka yang belum sampai di
tujuan, tapi baru sampai di perbatasan ditangkap baru kemudian dideportasi.
“Aneh
saja kalau orang-orang seperti ini dianggap adalah sosok-sosok yang terlatih
dan sangat membahayakan Indonesia. Kalau kita mau jujur dan obyektif maka itu
adalah asumsi yang berlebihan,” tukas Harits.
Namun,
ia menambahkan, meski di awal-awal deklarasi Khilafah ISIS memang ada beberapa
orang yang masuk sampai Raqqa Suriah (ISIS) dan kemudian kembali. Tapi sebab
kembalinya adalah karena merasa tidak sepaham dengan ISIS lagi.
Dan
kalau ada yang masih sepaham kemudian yang bersangktan ikut kembali ke
Indonesia, itupun, kata Harits, hanya beberapa orang dan sepertinya sudah
ditangkap semua oleh pihak Densus 88 atau BNPT.
“Justru
fakta di lapangan yang banyak balik dari wilayah Suriah itu adalah para
pekerja, TKW dan lainnya. Mereka terjebak konflik dan berhasil keluar atau
dikeluarkan oleh pemerintah,” tandasnya.
“Maka
saya harap para pejabat negeri ini tidak melempar opini yang justru bisa
melahirkan sikon kontraproduktif,” pungkas Direktur Community of Ideological
Islamic Analyst (CIIA) ini.[H]
Tidak ada komentar